Cari Blog Ini

Sabtu, 19 November 2011

Keluhan Umum Pada Masa Kehamilan Beserta Penyebab dan Cara Mengatasinya 

Ibu biasanya akan menderita berbagai rasa tak nyaman selama kehamilan (paling umum seperti sesak nafas, kulit kering, kram, bengkak pada pergelangan kaki). Keluhan-keluhan ini meski mengkhawatirkan, masih dianggap normal ketidaknyamanan terjadi karena adanya perubahan hormonal. Konsultasi dengan dokter jika ibu menderita sakit kepala berat, pandangan mata kabur, sakit perut berat, pendarahan vagina, atau sering muntah.


Berikut ini adalah beberapa keluhan pada masa kehamilan yang biasa diderita ibu hamil beserta penyebab dan cara mengatasinya :  

  • Sakit Punggung ; Penyebab : Melemah dan meregangnya tulang panggul, untuk memberi jalan keluar saat bayi dilahirkan. Cara mengatasi : Selama hamil ibu harus tetap menjaga sikap tubuh yang baik. Berat bayi dalam kendungan menarik tubuh ke depan hingga ibu cenderung mendorong tubuh ke belakang sebagai imbangan, terutama pada kehamilan tri semester akhir. Waspadai sikap tubuh saat melakukan apa pun. Jangan mengangkat barang berat. Pakai hak sepatu atau sandal yang rendah, hak tinggi membuat berat tubuh ibu kian terdorong ke depan. Lakukan pemijatan dan olah raga ringan.  
  • Gusi berdarah ; Penyebab : Pada masa kehamilan gusi menjadi lebih lembut, mudah bengkak, gusi meradang dan gigi keropos. Cara mengatasinya : Sikat gigi dan bersihkan dengan benang khusus setiap habis makan. Kunjungi dokter gigi jika ada masalah dengan gigi dan periksalah gigi maupun gusi secara teratur.  
  • Diare ; Penyebab : Infeksi atau virus. Cara mengatasinya : Perbanyak minum air untuk mengganti cairan yang keluar. Konsultasikanlah dengan dokter jika berkelanjutan. 
  • Merasa mau pingsan ; Penyebab : Tekanan darah rendah. Cara Mengatasinya : Duduk dan letakkan kepala diantara lutut. Berdiri perlahan setelah berendam di air hangat atau berbaring.  
  • Sering kencing (Anyang-anyangan) ; Penyebab : Rahim menekan kandung kemih. Cara Mengatasinya : Kurangi minum pada malam hari. 
  • Insomnia (sulit tidur) ;  Penyebab : Besarnya kandungan membuat susah merasa nyaman di tempat tidur. Cara Mengatasinya : Relaksasi ringan, Tidurlah dengan posisi kaki menyandar di dinding, atau diganjal bantal di bawah satu kaki.  
  • Sakit buah dada ; Penyebabnya : Perubahan hormonal. Cara Mengatasinya : Pakailah BH yang menyangga buah dada dengan baik. Oleskan baby lotion atau baby oil untuk puting susu yang terluk.
  • Sembelit ; Penyebabnya : Bayi menekan menyebabkan pembengkakan pada saluran pembuangan. Cara Mengatasinya : Hindari mengejan. Makanlah makanan yang banyak serat. Dokter akan memeberi salep untuk mengatasi rasa perih.  
  • Gatal di bawah buah dada atau di lipatan paha ;  Penyebabnya : Terjadi karena kegemukan Cara mengatasinya : Basuhlah sesering mungkin bagian tersebut dengan sabun non parfum dan oleskan lotian khusus untuk biang keringat. Pakailah baju katun yang longgar.  
  • Garis regangan berwarna merah di paha, perut, atau dada, yang berubah menjadi garis berwarna putih ; Penyebabnya : Kulit mereggang di luar kemampuan elastisitas normal. Kegemukan juga bisa menjadi penyebabnya. Cara mengatasinya : Hindari penambahan berat badan terlalu cepat. Minyak atau krim dapat melembutkan kulit, tetapi tidak dapat mencegah tumbuhnya garis.

  • Keringat berlebih ; Penyebabnya : Perubahan hormonal. Cara Mengatasinya : Gunakan baju katun yang longgar dan minumlah air sebanyak mungkin.  
  • Keputihan dan gatal-gatal ; Penyebabnya : Perubahan hormonal. Cara mengatasinya : Hindari celana dalam atau celana panjang ketat. Pakailah bahan katun. Berkonsultasilah pada dokter.  
  • Pembengkakan pada tangan, kaki dan muka ; Penyebabnya : Banyak berdiri, perubahan hormonal menyebabkan penimbunan sodium. Cara Mengatasinya : Hindari berdiri terlalu lama dan beristirahatlah dengan posisi kaki terangkat. Kurangi garam pada makanan.

Rabu, 16 November 2011

Penyakit Pada Kehamilan dan Obatnya


Penyakit Pada Kehamilan

Setiap wanita hamil akan memiliki tingkat derajat mual yang berbeda-beda, ada yang tidak terlalu merasakan apa-apa, tapi ada juga yang merasa mual dan bahkan ada yang merasa sangat mual dan muntah setiap saat sehingga memerlukan pengobatan(hiperemesis gravidarum).Mual muntah yang terjadi pada ibu hamil, pusat muntahnya berada di daerah Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) dan Vagal.
Beberapa hal yang dapat membantu mengatasi mual-muntah selama awal kehamilan adalah:
a) Makan dalam jumlah sedikit tapi sering, jangan makan dalam jumlah atau porsi besar hanya akan menambah mual.
b) Makan makanan yang tinggi karbohidrat dan protein yang dapat untuk membantu mengatasi rasa mual. Banyak mengkonsumsi buah dan sayuran dan makanan yang tinggi karbohidrat seperti roti, kentang, biscuit, dll
c) Di pagi hari sewaktu bangun tidur jangan langsung terburu-buru terbangun, cobalah duduk dahulu dan baru perlahan berdiri bangun. Bila merasa sangat mual ketika bangun tidur pagi siapkan snak atau biscuit didekat tempat tidur, dan dapat dimakan terlebih dahulu sebelum mencoba untuk berdiri.
d) Hindari makanan yang berlemak, berminyak dan pedas yang akan memperburuk rasa mual.
e) Minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat muntah. Minumlah air putih, ataupun juice. Hindari minuman yang mengandung kafein dan karbonat.
f) Vitamin kehamilan kadang memperburuk rasa mual, tapi tetap memerlukan folat untuk kehamilan. Bila mual muntah sangat hebat, konsultasikan ke dokter sehingga dapat diberikan saran terbaik untuk vitamin yang akan dikonsumsi. Dan dokter mungkin akan memberikan obat untuk mual bila memang diperlukan.
g) Vitamin B6 efektif untuk mengurangi rasa mual pada ibu hamil. Sebaiknya Konsultasikan dahulu dengan dokter untuk pemakaiannya.
h) Pengobatan Tradisional : Biasanya orang menggunakan jahe dalam mengurangi rasa mual pada berbagai pengobatan tradisional. Penelitian di Australia menyatakan bahwa jahe dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk mengatasi rasa mual dan aman untuk ibu dan bayi. Pada beberapa wanita hamil ada yang mengkonsumsi jahe segar atau permen jahe untuk menbantu mengatasi rasa mualnya.
i) Istirahat dan relax akan sangat membantu mengatasi rasa mual muntah. Karena bila stress hanya akan memperburuk rasa mual. Coba beristirahat yang cukup dan santai, dengarkan musik, membaca buku bayi atau majalah kesayangan, dll.

Obat–obat mual-muntah yang aman bagi ibu hamil adalah yang termasuk dalam kategori A dan B, yaitu:
a) Dimenhidrinat, Difenhidramin, Metoklopramid (kategori A)
b) Domperidon, Hiosin, Hiosin Hidrobromida (kategori B)
c) Vitamin B6 (sampai 100 mg/hari)

Banyak wanita hamil menderita nyeri pada ulu hati karena ulkus. Hal ini menjadi perhatian karena hasil penelitian terbaru menyebutkan bahwa obat yang digunakan untuk menekan timbulnya asam lambung yang dikonsumsi ibu hamil, ternyata dapat meningkatkan risiko terjadinya asma pada bayi.
Data diperoleh dari sedikitnya 30.000 anak dimana ibunya mengkonsumsi obat penekan asam lambung saat hamil, ternyata 51% dari anaknya menderita bersin, kesulitan bernafas dan gejala lainnya yang berkaitan dengan asma. Para ahli menyebutkan obat maag yang dapat menimbulkan asma pada anak adalah golongan H2 blocker dan proton pump inhibitor.

a) Ulkus Peptikum
Ulkus Peptikum adalah luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena lapisan lambung atau usus dua belas jari (duodenum) telah termakan oleh asam lambung dan getah pencernaan.Ulkus yang dangkal disebut erosi.
Pepsin adalah suatu enzim yang bekerja sama dengan asam klorida (HCl) yang dihasilkan oleh lapisan lambung untuk mencerna makanan, terutama protein.
Ulkus peptikum terjadi pada lapisan saluran pencernaan yang telah terpapar oleh asam dan enzim-enzim pencernaan, terutama pada lambung dan usus dua belas jari.
Nama dari ulkus menunjukkan lokasi anatomis atau lingkungan dimana ulkus terbentuk.
b) Ulkus duodenalis
Ulkus duodenalis merupakan jenis ulkus peptikum yang paling banyak ditemukan, terjadi pada duodenum (usus dua belas jari), yaitu beberapa sentimeter pertama dari usus halus, tepat dibawah lambung.
c) Ulkus gastrikum
Ulkus gastrikum lebih jarang ditemukan, biasanya terjadi di sepanjang lengkung atas lambung. Jika sebagian dari lambung telah diangkat, bisa terjadi ulkus marginalis, pada daerah dimana lambung yang tersisa telah disambungkan ke usus.
Regurgitasi berulang dari asam lambung ke dalam kerongkongan bagian bawah bisa menyebabkan peradangan (esofagitis) dan ulkus esofagealis. Ulkus yang terjadi dibawah tekanan karena penyakit berat, luka bakar atau cedera disebut ulkus karena stres.

Ulkus terjadi jika mekanisme pertahanan yang melindungi duodenum atau lambung dari asam lambung menurun, misalnya jika terjadi perubahan dalam jumlah mukosa yang dihasilkan. Penyebab dari menurunnya mekanisme pertahanan ini tidak diketahui. Hampir setiap orang menghasilkan asam lambung, tetapi hanya 1 diantara 10 yang membentuk ulkus. Setiap orang menghasilkan asam lambung dalam jumlah yang berlainan dan pola pembentukan asam ini cenderung menetap sepanjang hidup seseorang.
Bayi dapat digolongkan sebagai penghasil asam yang rendah, sedang atau tinggi. Penghasil asam yang tinggi memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk menderita ulkus peptikum dibandingkan dengan penghasil asam yang rendah. Tetapi sebagian besar penghasil asam yang tinggi tidak pernah memiliki ulkus dan beberapa penghasil asam yang rendah memiliki ulkus. Karena itu jelas terlihat, bahwa terdapat faktor lainnya yang berperan dalam pembentukan ulkus, selain sekresi asam.
Banyak penderita ulkus duodenalis yang memiliki bakteri Helicobacter pylori dalam lambungnya, dan bakteri ini diduga merupakan penyebab utama dari ulkus peptikum. Peran bakteri dalam terbentuknya suatu ulkus, masih belum jelas. Bakteri bisa mempengaruhi pertahanan normal terhadap asam lambung atau menghasilkan racun yang berperan dalam pembentukan ulkus. Ulkus duodenalis hampir tidak pernah berubah menjadi suatu keganasan (kanker).
Ulkus gastrikum berbeda dengan ulkus duodenalis, yaitu bahwa ulkus gastrikum cenderung timbul di kemudian hari. Obat-obat tertentu (terutama aspirin, ibuprofen dan obat anti peradangan non-steroid lainnya), menyebabkan timbulnya erosi dan ulkus di lambung, terutama pada usia lanjut. Erosi dan ulkus ini cenderung akan membaik jika pemakaian obat tersebut dihentikan dan jarang kambuh kembali kecuali jika obat digunakan kembali. Beberapa ulkus gastrikum yang ganas juga akan membaik secara perlahan, sehingga sulit untuk membedakannya dari ulkus gastrikum yang jinak.

Gejala dari Ulkus

Ciri khas dari ulkus adalah cenderung sembuh dan kambuh kembali.
Gejalanya bervariasi tergantung dari lokasinya dan usia penderita. Anak-anak dan usia lanjut bisa tidak memiliki gejala yang umum atau bisa tidak memiliki gejala sama sekali. Ulkus ditemukan hanya setelah terjadinya komplikasi.
Hanya separuh dari penderita yang memiliki gejala khas dari ulkus duodenalis, yaitu nyeri lambung, perih, panas, sakit, rasa perut kosong dan lapar.
Nyeri cenderung dirasakan pada saat perut kosong. Keluhan biasanya tidak timbul pada saat bangun tidur pagi, tetapi baru dirasakan beberapa saat kemudian.
Nyeri dirasakan terus menerus, sifatnya ringan atau agak berat dan terlokalisir di tempat tertentu, yaitu hampir selalu dirasakan tepat dibawah tulang dada.
Minum susu, makan atau minum antasid bisa mengurangi nyeri, tetapi nyeri biasanya akan kembali dirasakan dalam 2-3 jam kemudian. Penderita sering terbangun pada jam 1-2 pagi karena nyeri. Nyeri sering muncul satu kali atau lebih dalam satu hari, selama satu sampai beberapa minggu dan kemudian bisa menghilang tanpa pengobatan.
Tetapi nyeri biasanya akan kambuh kembali, dalam 2 tahun pertama dan kadang setelah beberapa tahun. Penderita biasanya memiliki pola tertentu dan mereka mengetahui kapan kekambuhan akan terjadi (biasanya selama mengalami stres).
Gejala ulkus gastrikum seringkali tidak memiliki pola yang sama dengan ulkus duodenalis. Makan bisa menyebabkan timbulnya nyeri, bukan mengurangi nyeri. Ulkus gastrikum cenderung menyebabkan pembengkakan jaringan yang menuju ke usus halus, sehingga bisa menghalangi lewatnya makanan yang berasal dari lambung. Hal ini bisa menyebabkan perut kembung, mual atau muntah setelah makan.

Penderita esofagitis atau ulkus esofagealis, biasanya merasakan nyeri pada saat menelan atau pada saat berbaring. Gejala yang lebih berat akan timbul jika terjadi komplikasi dari ulkus peptikum (misalnya perdarahan).

Sebagian besar ulkus bisa disembuhkan tanpa disertai komplikasi lanjut.
Tetapi pada beberapa kasus, ulkus peptikum bisa menyebabkan komplikasi yang bisa berakibat fatal, seperti penetrasi, perforasi, perdarahan dan penyumbatan.
a) Penetrasi
Sebuah ulkus dapat menembus dinding otot dari lambung atau duodenum dan sampai ke organ lain yang berdekatan, seperti hati atau pankreas. Hal ini akan menyebabkan nyeri tajam yang hebat dan menetap, yang bisa dirasakan diluar daerah yang terkena (misalnya di punggung, karena ulkus duodenalis telah menembus pankreas). Nyeri akan bertambah jika penderita merubah posisinya. Jika pemberian obat tidak berhasil mengatasi keadaan ini, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
b) Perforasi
Ulkus di permukaan depan duodenum atau (lebih jarang) di lambung bisa menembus dindingnya dan membentuk lubang terbuka ke rongga perut.
Nyeri dirasakan secara tiba-tiba, sangat hebat dan terus menerus, dan dengan segera menyebar ke seluruh perut. Penderita juga bisa merasakan nyeri pada salah satu atau kedua bahu, yang akan bertambah berat jika penderita menghela nafas dalam. Perubahan posisi akan memperburuk nyeri sehingga penderita seringkali mencoba untuk berbaring mematung. Bila ditekan, perut terasa nyeri. Demam menunjukkan adanya infeksi di dalam perut. Jika tidak segera diatasi bisa terjadi syok. Keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan segera dan pemberian antibiotik intravena.
c) Perdarahan
Perdarahan adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Gejala dari perdarahan karena ulkus adalah:
• muntah darah segar atau gumpalan coklat kemerahan yang berasal dari makanan yang sebagian telah dicerna, yang menyerupai endapan kopi
• tinja berwarna kehitaman atau tinja berdarah. Dengan endoskopi dilakukan kauterisasi ulkus.
• Bila sumber perdarahan tidak dapat ditemukan dan perdarahan tidak hebat, diberikan pengobatan dengan antagonis-H2 dan antasid.
• Penderita juga dipuasakan dan diinfus, agar saluran pencernaan dapat beristirahat.
• Bila perdarahan hebat atau menetap, dengan endoskopi dapat disuntikkan bahan yang bisa menyebabkan pembekuan.
• Jika hal ini gagal, diperlukan pembedahan.
d) Penyumbatan
Pembengkakan atau jaringan yang meradang di sekitar ulkus atau jaringan parut karena ulkus sebelumnya, bisa mempersempit lubang di ujung lambung atau mempersempit duodenum. Penderita akan mengalami muntah berulang, dan seringkali memuntahkan sejumlah besar makanan yang dimakan beberapa jam sebelumnya.
Gejala lainnya adalah rasa penuh di perut, perut kembung dan berkurangnya nafsu makan. Lama-lama muntah bisa menyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi dan ketidakseimbangan mineral tubuh. Mengatasi ulkus bisa mengurangi penyumbatan, tetapi penyumbatan yang berat memerlukan tindakan endoskopik atu pembedahan.

Diagnosa

Nyeri lambung yang khas merupakan petunjuk adanya ulkus. Diperlukan beberapa pemeriksaan untuk memperkuat diagnosis karena kanker lambung juga bisa menyebabkan gejala yang sama.
a) Endoskopi adalah suatu prosedur dimana sebuah selang lentur dimasukkan melalui mulut dan bisa melihat langsung ke dalam lambung. Pada pemeriksaan endoskopi, bisa diambil contoh jaringan untuk keperluan biopsi. Keuntungan dari endoskopi:
• lebih dapat dipercaya untuk menemukan adanya ulkus dalam duodenum dan dinding belakang lambung dibandingkan dengan pemeriksaan rontgen
• lebih bisa diandalkan pada penderita yang telah menjalani pembedahan lambung
• bisa digunakan untuk menghentikan perdarahan karena ulkus.
b) Rontgen dengan kontras barium dari lambung dan duodenum (juga disebut barium swallow atau seri saluran pencernaan atas) dilakukan jika ulkus tidak dapat ditemukan dengan endoskopi.
c) Analisa lambung merupakan suatu prosedur dimana cairan lambung dihisap secara langsung dari lambung dan duodenum sehingga jumlah asam bisa diukur. Prosedur ini dilakukan hanya jika ulkusnya berat atau berulang atau sebelum dilakukannya pembedahan.
d) Pemeriksaan darah tidak dapat menentukan adanya ulkus, tetapi hitung jenis darah bisa menentukan adanya anemia akibat perdarahan ulkus. Pemerisaan darah lainnya bisa menemukan adanya Helicobacter pylori.

Pengobatan

Salah satu segi pengobatan ulkus duodenalis atau ulkus gastrikum adalah menetralkan atau mengurangi keasaman lambung. Proses ini dimulai dengan menghilangkan iritan lambung (misalnya obat anti peradangan non-steroid, alkohol dan nikotin).
Makanan cair tidak mempercepat penyembuhan maupun mencegah kambuhnya ulkus. Tetapi penderita hendaknya menghindari makanan yang tampaknya menyebabkan semakin memburuknya nyeri dan perut kembung.

Antasid mengurangi gejala, mempercepat penyembuhan dan mengurangi jumlah angka kekambuhan dari ulkus. Sebagian besar antasid bisa diperoleh tanpa resep dokter.
Kemampuan antasid dalam menetralisir asam lambung bervariasi berdasarkan jumlah antasid yang diminum, penderita dan waktu yang berlainan pada penderita yang sama. Pemilihan antasid biasanya berdasarkan kepada rasa, efek terhadap saluran pencernaan, harga dan efektivitasnya. Tablet mungkin lebih disukai, tetapi tidak seefektif obat sirup.
(1) Antasid yang dapat diserap
Obat ini dengan segera akan menetralkan seluruh asam lambung.
Yang paling kuat adalah natrium bikarbonat dan kalsium karbonat, yang efeknya dirasakan segera setelah obat diminum. Obat ini diserap oleh aliran darah, sehingga pemakaian terus menerus bisa menyebabkan perubahan dalam keseimbangan asam-basa darah dan menyebabkan terjadinya alkalosis (sindroma alkali-susu). Karena itu obat ini biasanya tidak digunakan dalam jumlah besar selama lebih dari beberapa hari.
(2) Antasid yang tidak dapat diserap
Obat ini lebih disukai karena efek sampingnya lebih sedikit, tidak menyebabkan alkalosis. Obat ini berikatan dengan asam lambung membentuk bahan yang bertahan di dalam lambung, mengurangi aktivitas cairan-cairan pencernaan dan mengurangi gejala ulkus tanpa menyebabkan alkalosis. Tetapi antasid ini mempengaruhi penyerapan obat lainnya (misalnya tetracycllin, digoxin dan zat besi) ke dalam darah.
(3) Alumunium Hidroksida
Merupakan antasid yang relatif aman dan banyak digunakan. Tetapi alumunium dapat berikatan dengan fosfat di dalam saluran pencernaan, sehingga mengurangi kadar fosfat darah dan mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan lemas. Resiko timbulnya efek samping ini lebih besar pada penderita yang juga alkoholik dan penderita penyakit ginjal (termasuk yang menjalani hemodialisa). Obat ini juga bisa menyebabkan sembelit.
(4) Magnesium Hidroksida
Merupakan antasid yang lebih efektif daripada alumunium hidroksida.
Dosis 4 kali 1-2 sendok makan/hari biasanya tidak akan mempengaruhi kebiasaan buang air besar; tetapi bila lebih dari 4 kali bisa menyebabkan diare. Sejumla kecil magnesium diserap ke dalam darah, sehingga obat ini harus diberikan dalam dosis kecil kepada penderita yang mengalami kerusakan ginjal. Banyak antasid yang mengandung magnesium dan alumunium hidroksida.


Obat-Obat Ulkus


Ulkus biasanya diobati minimal selama 6 minggu dengan obat-obatan yang
mengurangi jumlah asam di dalam lambung dan duodenum. Obat ulkus bisa menetralkan atau mengurangi asam lambung dan meringankan gejala, biasanya dalam beberapa hari.
a. Sucralfate.
Sucralfate digunakan untuk perawatan dan pencegahan radang lambung. Obat
Generik yang diberinama Sucralfate ini juga mempunyai nama dagang yaitu Carafate. Cara kerjanya adalah dengan membentuk selaput pelindung di dasar ulkus untuk mempercepat penyembuhan. Sangat efektif untuk mengobati ulkus peptikum dan merupakan pilihan kedua dari antacid. Sucralfate diminum 3-4 kali/hari dan tidak diserap ke dalam darah, sehingga efek sampingnya sedikit, tetapi bisa menyebabkan sembelit.

Mekanisme
Berikut ini hal-hal yang penting dalam mekanisme Sucralfate :
1. Sucralfate mengikat permukaan dari luka (melekat pada suatu protein) dan menutupi luka,obat ini mempunyai peranan sebagai perlindungan pada permukaan luka yang meluas akibat luka yang ditimbulkan oleh pengaruh asam dan pepsin.
2. Sucralfate secara langsung menghambat keja pepsin ( enzim yang akan memecah protein ) dari asam lambung.
3. Sucralfate mengikat garam empedu yang berasal dari hati sehingga dapat melindungi lapisan perut yang terluka akibat asam empedu.
4.Sucralfate akan meningkatkan produksi prostaglandin, dan prostaglandin itu
sendiri diketahui berfungsi untuk melindungi lapisan perut. Sucralfate diakui oleh FDA pada tahun 1981


Peringatan


Beberapa jenis obat yang mengalami absorpsi akan di ekskresikan ke berbagai organ ekskresi salah satunya melalui air susu ibu. Sucralfate juga mengalami absorpsi di traktus gastrointestinal dan sebagian kecil akan di ekskresikan melalui asi. Oleh sebab itu asi yang diberikan kepada bayi mengndung paling tidak sedikit sucralfate. Walaupun tidak ada data sucralfate aman pada ibu yang menyusui sebaiknya jangan memberikan asi kepada bayi sewaktu mengkonsumsi sucralfate
b) Antagonis H2
Contohnya adalah cimetidine, ranitidine, famotidine dan nizatidine.
Obat ini mempercepat penyembuhan ulkus dengan mengurangi jumlah asam dan enzim pencernaan di dalam lambung dan duodenum.
Diminum 1 kali/hari dan beberapa diantaranya bisa diperoleh tanpa resep dokter.
Pada pria cimetidine bisa menyebabkan pembesaran payudara yang bersifat sementara dan jika diminum dalam waktu lama dengan dosis yang tinggi bisa menyebabkan impotensi. Perubahan mental (terutama pada penderita usia lanjut), diare, ruam, demam dan nyeri otot telah dilaporkan terjadi pada 1% penderita yang mengkonsumsi cimetidine.
Jika penderita mengalami salah satu dari efek samping tersebut diatas, maka sebaiknya cimetidine diganti dengan antagonis H2 lainnya.
Cimetidine bisa mempengaruhi pembuangan obat tertentu dari tubuh (misalnya teofilin untuk asma, warfarin untuk pembekuan darah dan phenytoin untuk kejang).
c) Omeprazole dan Lansoprazole
Merupakan obat yang sangat kuat menghambat pembentukan enzim yang diperlukan lambung untuk membuat asam. Obat ini dapat secara total menghambat pelepasan asam dan efeknya berlangsung lama. Terutama efektif diberikan kepada penderita esofagitis dengan atau tanpa ulkus esofageal dan penderita penyakit lainnya yang mempengaruhi pembentukan asam lambung (misalnya sindroma Zollinger-Ellison).
d) Antibiotik
Digunakan bila penyebab utama terjadinya ulkus adalah Helicobacter pylori.
Pengobatan terdiri dari satu macam atau lebih antibiotik dan obat untuk mengurangi atau menetralilsir asam lambung.
Yang paling banyak digunakan adalah kombinasi bismut subsalisilat (sejenis sucralfate) dengan tetracyclin dan metronidazole atau amoxycillin.
Kombinasi efektif lainnya adalah omeprazole dan antibiotik.
Pengobatan ini bisa mengurangi gejala ulkus, bahkan jika ulkus tidak memberikan respon terhadap pengobatan sebelumnya atau jika ulkus sering mengalami kekambuhan. D
e) Misoprostol
Digunakan untuk mencegah ulkus gastrikum yang disebabkan oleh obat-obat anti peradangan non-steroid. Obat ini diberikan kepada penderita artritis yang mengkonsumsi obat anti peradangan non-steroid dosis tinggi. Tetapi obat ini tidak digunakan pada semua penderita artritis tersebut karena menyebabkan diare (pada 30% penderita).

Pembedahan
Jarang diperlukan pembedahan untuk mengatasi ulkus karena pemberian obat sudah efektif. Pembedahan terutama dilakukan untuk :
a. mengatasi komplikasi dari ulkus peptikum (misalnya prforasi, penyumbatan yang
tidak memberikan respon terhadap pemberian obat atau mengalami kekambuhan) dua kali atau lebih perdarahan karena ulkus.
b. ulkus gastrikum yang dicurigai akan menjadi ganas.
c. ulkus peptikum yang berat dan sering kambuhan. Tetapi setelah dilakukan pembedahan, ulkus masih dapat kambuh dan dapat timbul masalah-masalah lain seperti pencernaan yang buruk, anemia dan penurunan berat badan.
Jadi obat-obat yang aman untuk ibu hamil Antasid, Simetidin, Famotidin, Ranitidin, Sukralfat.

Konseling Mengatasi Nyeri Ulu Hati Saat Hamil:

a. Konsumsi makanan ringan sesering mungkin dalam sehari
b. Makanlah dengan perlahan, jangan terburu-buru
c. Hindari makanan gorengan, berlemak, pedas, coklat, mint, soft drink, jus jeruk, jus tomat atau saos tomat.
d. Hindari posisi berbaring setelah makan
e. Saat berbaring, posisi kepala lebih tinggi dari kaki
f. Konsultasikan ke dokter bila membutuhkan obat penekan asam lambung
g. Gunakan pakaian yang longgar. Bila menggunakan pakaian yang sempit dapat meningkatkan tekanan pada perut.

OBAT UNTUK IBU MENYUSUI
Obat yang diminum oleh ibu menyusui dapat diekskresikan melalui air susu, sehingga dapat terminum oleh bayi. Sedapat mungkin menghindari penggunaan obat pada ibu menyusui atau jika pemnggunaan obat terus dilanjutkan maka ASI harus dihentikan. Jika penggunaan obat dianjurkan, dan masih tetap member ASI pada bayi, maka diharuskan untuk memilih obat dengan efek teraman pada bayi, atau obat-obat yang memiliki ijjin untuk digunakan pada bayi. Apabila menggunakan obat selama menyusui, maka harus dipantau/dimonitoring efek obat tersebut pada bayi, dan dianjurkan kepada ibu untuk meminum obat segera setelah menyusui.

1. Obat Bebas (OTC) yang Aman
a. Anti mual : Vitamin B6 (maksimum 100mg/hari diminum 1/2 jam sebelum makan)
b. Pereda nyeri uluhati (heartburn) : jenis Antasida

2. Edukasi penggunaan obat pada ibu menyusui
a.Penggunaan obat yang tidak diperlukan harus dihindari. Jika pengobatan memang diperlukan, perbandingan manfaat/risiko harus dipertimbangkan pada ibu maupun bayinya.
b.Obat yang diberi ijin untuk digunakan pada bayi umumnya tidak membahayakan
c.Neonatus (dan khususnya bayi yang lahir prematur) mempunyai risiko lebih besar terhadap paparan obat melalui ASI. Hal ini disebabkan oleh fungsi ginjal dan hati yang belum berkembang, sehingga berisiko terjadi penimbunan obat
d.Harus dipilih rute pemberian dan pembagian obat yang menghasilkan jumlah kadar obat terkecil yang sampai pada bayi
e.Hindari atau hentikan sementara menyusu
f.Jika suatu obat digunakan selama menyusui, maka bayi harus dipantau secara cermat terhadap efek samping yang mungkin terjadi
g.Sebaiknya dihindari obat baru, yang hanya memiliki sedikit data

Selasa, 15 November 2011

OBAT-OBAT YANG AMAN BAGI IBU HAMIL DAN MENYUSUI


OBAT-OBAT YANG AMAN BAGI IBU HAMIL DAN MENYUSUI
A. OBAT UNTUK IBU HAMIL

Pendahuluan
Hendaknya berhati-hati dalam mengkonsumsi obat apabila sedang dalam kondisi hamil. Banyak obat-obatan yang dapat melewati sawar darah uri (fetoplacental barrier, semacam saringan darah yang terdapat pada ari-ari), yang kemudian menimbulkan efek buruk bagi janin yang dikandung. Oleh karena itu, diharapkan ibu hamil selalu mencari informasi lain atau second opinion terhadap obat-obat yang dikonsumsi, diberikan atau diresepkan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang pemberian obat selama kehamilan antara lain :
1. Tidak ada obat yang dianggap 100% aman bagi perkembangan janin.
2. Obat diberikan jika manfaatnya lebih besar daripada resikonya baik bagi ibu maupun janin. Jika mungkin, semua obat dihindari pada tiga bulan pertama kehamilan (trimester I), karena saat ini organ tubuh janin dalam masa pembentukan.
3. Metabolisme obat pada saat hamil lebih lambat daripada saat tidak hamil, sehingga obat lebih lama berada dalam tubuh.
4. Pengalaman penggunaan obat terhadap wanita hamil sangat terbatas, karena uji klinis obat saat akan dipasarkan tidak boleh dilakukan pada wanita hamil.

Selain itu ada hal-hal penting yang harus dipertimbangkan dalam pemberian obat pada wanita hamil :
1) Keamanan : meski ada obat lain yang efektivitasnya lebih baik, tapi jika keamanannya
bagi ibu hamil belum diketahui, lebih baik tidak diberikan.
2) Dosis : pada awalnya pemberian obat harus dalam dosis rendah. Jika perlu, penambahan dosis diberikan sedikit demi sedikit sampai tercapai efek terapi yang diinginkan.
3) Durasi pemberian : jika tidak diperlukan sekali, pemberian obat tidak boleh terlalu lama. Pemberian bermacam obat sedapat mungkin dihindari demi keselamatan ibu dan bayinya.
4) Selain ketiga hal tersebut, jenis dan cara kerja obat juga menjadi pertimbangan sebelum diberikan kepada ibu hamil.

B. Klasifikasi Obat Untuk Ibu Hamil
Therapeutic Good Administration Australia (TGA, 2005) mengkategorikan obat
menurut beberapa kelompok. Pengkategorian tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
a. Kategori A : Obat-obat yang telah konsumsi oleh sejumlah besar wanita hamil dan
wanita usia subur tanpa adanya bukti peningkatan frekuensi cacat lahir atau efek membahayakan baik langsung maupun tidak langsung pada janin. Contoh : Antasid (Obat Maag), Dimenhidrinat, Difenhidramin, Metoklopramid (antimuntah).
b. Kategori B : Obat-obat yang telah dikonsumsi oleh sejumlah kecil wanita hamil atau wanita usia subur, tanpa peningkatan frekuensi cacat lahir atau efek membahayakan baik langsung maupun tidak langsung pada janin. Contoh: Simetidin, Famotidin, Ranitidin, Sukralfat (Obat Maag), Domperidon, Hiosin, Hiosin Hidrobromida (Antimuntah).
c. Kategori C : Obat-obat, karena efek farmakologinya, menyebabkan atau dicurigai menyebabkan efek berbahaya pada janin atau bayi baru lahir tanpa menyebabkan cacat lahir. Efek tersebut mungkin reversibel (dapat kembali normal). Contoh : Diklofenak, Ibuprofen, Ketoprofen, Ketorolac, Asam Mefenamat, Piroksikam (Antinyeri), Kotrimoksazol (Antibiotik, gol Sulfonamid).
d. Kategori D : Obat-obat yang menyebabkan, dicurigai menyebabkan, atau diperkirakan menyebabkan peningkatan angka kejadian cacat lahir atau kerusakan yang irreversibel (tidak bisa diperbaiki lagi). Obat-obat golongan ini mungkin juga mempunyai efek farmakologi yang merugikan. Contoh : Kaptopril (antihipertensi, gol ACE Inhibitor), Losartan, Valsartan (antihipertensi, gol Angiotensin II Reseptor Antagonis), Doksisiklin, Minosiklin, Tetrasiklin (antibiotika, gol Tetrasiklin), Amikasin, Gentamisin, Kanamisin, Neomisin (antibiotika, gol aminoglikosid).
e. Kategori X : Obat-obat yang berisiko tinggi menyebabkan kerusakan permanen pada janin. Obat-obat ini sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan atau keadaan dimana seorang wanita diperkirakan telah hamil. Contoh : Misoprostol (Obat Maag).
Catatan : Untuk obat pada kategori B, data penggunaan pada manusia kurang atau tidak cukup, oleh karena itu subkategori tersebut didasarkan pada data penggunaan pada hewan coba. Kategori B tidak berarti lebih aman daripada kategori C. Obat-obat pada kategori D tidak secara mutlak dikontraindikasikan pada kehamilan (misalnya, antikonvulsan).
Dari bukti penelitian di Amerika, 60-75% perempuan hamil umumnya menggunakan 3-10 jenis obat selama kehamilannya. Obat-obatan kebanyakan diberikan untuk mengatasi keluhan yang paling umum, seperti pusing, nyeri, demam, serta mual.